‹ Back

 

 

BOLEH KALAH TAPI TIDAK UNTUK MENYERAH

Apakah Anda pernah bertanya, mengapa sebuah BUMN pelayaran yang dulu dijuluki “Penguasa 7 Samudera” bisa hancur di negeri maritim terbesar di dunia?

 

Apakah kehancuran itu murni karena salah kelola? Atau ada kekuatan tak kasatmata yang sengaja membiarkannya karam?

Buku “Boleh Kalah Tapi Tidak untuk Menyerah” bukan sekadar catatan sejarah. Ia adalah kesaksian hidup dari ruang rapat penuh intrik, dari persidangan kepailitan yang menegangkan, hingga lorong-lorong gelap birokrasi di mana keputusan nasib bangsa sering kali ditentukan.

 

Di sini, Anda akan menemukan:

- Drama kepemimpinan di titik nadir, ketika seorang nakhoda harus tetap tegak meski kapal nyaris karam.

- Kisah pengkhianatan janji-janji manis, yang berubah jadi pil pahit saat negara memilih berpaling.

- Air mata, keringat, dan pengorbanan, dari direksi hingga office boy, dari ruang sidang PN Jakarta Pusat hingga Istana Negara.

- Pertarungan melawan “takdir”, bagaimana PT Djakarta Lloyd berusaha bangkit dua kali dari PKPU—rekor yang belum pernah terjadi di BUMN lain.

 

Buku ini akan membuat Anda marah, terenyuh, sekaligus bangga. Marah karena menyadari betapa aset berharga bangsa dibiarkan tenggelam. Terenyuh karena melihat perjuangan tanpa pamrih yang tak berbuah manis. Bangga karena masih ada patriot yang memilih bertarung sampai tetes darah terakhir, meski akhirnya harus kalah.

⚓ Inilah kisah nyata tentang kepemimpinan, keberanian, dan kegigihan.
⚓ Inilah buku yang akan membuat Anda bertanya: benarkah bangsa ini masih punya keberpihakan pada lautnya sendiri?

 

Jika Anda hanya mencari bacaan ringan, jangan beli buku ini.
Tapi jika Anda ingin menyelami kisah getir kepemimpinan sejati—yang mungkin tak akan Anda temukan di buku manajemen mana pun—maka buku ini wajib Anda miliki.